Kamis, 14 Agustus 2008
PECINTA SANG PENCINTA
T erpekur dalam indah namamu
Aku terkungkung dalam rindu syahdu
Hanya asa meggelantung di kalbu
Tuk mengharap hadir-Mu
Hati menggelora, terbias hangat pelukmu
Seluruh sendi merenggang
Seluruh saraf menegang. . . . .
Satukan rasa yang tidak terucap
Oleh lidah kotor para penghujat
Dalam lirih kusebut nama-Mu
Dalam kepuasan kugapai tanganmu
Kau tuntun aku kembali menuju nirwana
Surga sang pencinta
Dalam hati kecilku, aku malu
Betapa tulus suci cintamu
Ah….seribu syetan datang lagi meneror iman
Menimbulkan keangkuhan
Mengikis habis sebuah asa nuansa
Sekaligus realita insani umat religi
Namun…..lembutnya kasihmu
Mesranya sapamu
Dan hangatnya pelukan kasih sayangmu
Tlah mampu menarik diriku kembali dalam cinta sejati
Aku tak ingin berpaling darimu walau sesaat
Aku ingin selalu bersamamu
Sampai tak terbatas waktu
Dan…..aku ingin selalu dalam hangat pelukmu
Engkau kasihku
Engkau rabbku,
Alloh sang pencinta
Yang tiada pernah berkhianat
Setia sepanjang masa
Jadilah aku pecinta sang pencinta
DAHSYATNYA CINTA
Saat sayap cintaku terluka
Dan tidak dapat terbang
Burung indah mempesona
Yang telah lama aku cari
Datang dihadapanku
Bila kami ditakdirkan berjumpa
Akan ku gandeng lengannya
Berjalan bertelanjang kaki menuju kesunyian
Sambil memanjatkan doa – doa
Pujian pada yang maha kuasa
Ya Alloh telah kau ciptakan dia
Angan – angan dan harapanku
Hiburlah diriku dengan keindahannya
Seperti telah kau hiasi dirinya untukku
Hati yang menderita karena kekasih
Pun menjadi mati dan tidak merasakan kegembiraan dan kepedihan lain. Tak ada kedukaan dan kesedihan yang menempel pada jubah sang pecinta, tak ada kebahagiaan yang mengelilinginya.
Biarkan dunia menjadi lautan derita baginya, dengan gelombang kesedihan setinggi gunung.
Bahkan keliman jubahnya pun tak basah. Jika nasib dan peruntungan mesti menyiapkan jamuan kegembiraan abadi baginya, ia akan berpaling darinya. Tak ada sesuatu pun yang bisa mengalihkan dirinya dari kesedihan dan kedukaannya demi kekasih!!!
Dengarlah seruling bambu menuturkan sebuah kisah
Ia mengadu dan mengeluh tentang perpisahan
Katanya "Sejak aku dipisahkan dari rumpun bambuku,
Ratapanku membuat semua orang merintih merana"
Kuingin dadaku terbelah oleh perpisahan,
Agar bisa ku ungkapkan derita kerinduan cinta.
Setiap orang yang jauh dari sumbernya
Ingin kembali bersatu dengannya seperti semula
Kepada semua sahabat kuutarakan ratapan dan keluhanku.
Aku bergaul dengan mereka yang merana dan bahagia
Semua orang menjadi sahabatku karena pandangannya sendiri.
Tak seorangpun mengorek segenap rahasia
Dalam relung kedalaman kalbu dan jiwaku
Rahasia tak jauh dari keluhanku
Namun telinga dan mata tidak punya cahaya untuk memahaminya
Raga tidak terhijab dari jiwa dan tidak juga jiwa dari raga,
Namun tak seorangpun diizinkan melihat jiwa.
Cinta tidak mengenal usia
Betapapun muda atau tua seseorang
Cinta punya pengaruh yang sama
Cinta memang menyuguhkan banyak tantangan
Bagi seorang pecinta
Meski ujian dan cobaannya berdarah dan kejam
Toh hasilnya tetap manis dan menyenangkan
Cinta tidak mengenal status
Sebab tidak ada posisi yang lebih tinggi
Daripada cinta itu sendiri
Seseorang harus dibakar lebih dulu dalam api cinta
Untuk berhak memandang kekasih abadi
Nama dan kedudukan sama sekali tak berarti
Dalam ajaran cinta
Sebelum ia bisa memandang kebenaran
Debu eksistensi harus dibersihkan dari cermin jiwa
Sesudah itu barulah ia bisa melihat pantulan
Kekasih Abadi dalam cermin itu
Cinta apapun yang tumbuh karena kecantikan lahiriyah
BERTEMU DENGAN TUHAN
Akan tetapi tajjaliy ( penampakan ) sifat bisa saja Allah tampilkan kepada hambaNya yang dikehendaki, seperti Syeikh Sari As Saqothi yang mengaku bermimpi bertemu Allah sebanyak 69 kali. Tapi sekali lagi itu bukan wujud Dzat Alah Azza Wajalla melainkan hanya sebatas tajalliy sifatnya yang agung.
Sebagai mukmin, kita harus dapat bertemu dengan Allah melalui makrifatullah, dengan memperhatikan ciptaanNya, merenungkan qadha dan qadarNya kita akan dapat menemukan Allah. Bahkan Allah juga dapat ditemukan disisi orang yang sedang sakit, orang yang kelaparan dan orang yang kesusahan, demikian sabda Nabi dalam hadis Riwayat Imam Muslim, artinya dengan menengok orang yang sakit, memberi makan orang yang kelaparan, dan membantu orang yang kesusahan maka pada hakekatnya kita telah bertemu dengan Allah, karena kita telah menjalankan apa yang dicintai olehNya, atau paling sedikit lima kali dalam sehari, kita telah bertemu dengan Allah. dalam sholat ketika kita membaca Iyyaka na'budu waiyyaka nasta'in, kita bahkan telah berinteraksi langsung dengan Allah, kita hadapkan wajah kita kehadhiratNya, berbisik bermunajat menyebut namaNya, maka sering kita rasakan setelah elesai melakukan sholat ada rasa ketenangan dan ketentraman merasuk dalam kalbu.
Ahhhh...alangkah nikmatNya bertemu dengan Allah..